Penggunaan Benih Jagung Hibrida di Indonesia Masih Rendah

JAKARTA, RABU - Komoditas jagung yang terus mengalami perluasan pasar berpotensi menjadi komoditas unggulan bagi petani. Meski demikian, peningkatan produktivitas dan perluasan lahan jagung di Indonesia belum optimal, sedangkan penggunaan benih jagung unggulan masih rendah.

Kepala Bagian Pengembangan Pasar PT Bisi International Tbk Doddy Wiratmoko, di Jakarta, Rabu (2/7), mengemukakan, harga jagung di dunia terus mengalami kenaikan karena kebutuhan yang meningkat. Akhir Juni lalu, harga jagung sudah melampaui Rp 2.800 per kg.

Data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, mencatat, pertumbuhan konsumsi jagung dunia dalam lima tahun terakhir mencapai 2,7 persen atau melampaui tingkat pertumbuhan produksi yang hanya 1,7 persen. Hal itu antara lain dipicu oleh tingginya permintaan jagung sebagai bahan baku bioethanol di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China. Selain itu, kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan.

Meski demikian, peluang pasar komoditas jagung itu belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Peningkatan produktivitas belum optimal, dan petani masih mengandalkan benih jagung lokal yang kapasitas produksinya tidak optimal.

Dibandingkan negara-negara di Asia, penggunaan benih jagung hibrida di Indonesia masih cukup rendah, yaitu 43,7 persen. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dep artemen Pertanian, program penggunaan benih padi hibrida nasional tahun 2007 baru seluas 135.000 hektar .

Di Thailand, penggunaan benih jagung hibrida mencapai 95 persen dari total lahan, sedangkan Di Filipina, penggunaan benih jagung hibrida mencapai 60 persen dari luas tanam.

Doddy mengatakan, kapasitas produksi jagung hibrida mencapai 10 ton per hektar, atau dua kali lipat produksi dari benih lokal yaitu 5 ton per hektar. Meski demikian, petani cenderung memilih benih lokal untuk menghindari risiko gagal panen, karena sebagian besar jagung ditanam di lahan kering.

"Pemakaian benih lokal tidak memerlukan biaya, sedangkan benih hibrida memakan biaya sekitar Rp 40.000 per kg, " katanya.

Doddy berpendapat, penanaman jagung hibrida tidak membutuhkan pasokan air yang rutin seperti padi. Tanaman jagung tidak harus dialiri setiap minggu, melainkan cukup dialiri dua minggu sekali dan tidak perlu diairi pada musim hujan.

Realisasi penyaluran bantuan langsung benih unggul atau BLBU untuk jagung hibrida hingga pekan ketiga Juni 2008 baru mencapai 187 ton (10,64 persen) dari target jagung hibrida 1.700 ton.

Source : kompas.com

No comments: