Cara Gubernur Mengembangkan Bisnis Jagung Di Gorontalo




Gorontalo tergolong provinsi yang muda di Indonesia. Pada Bulan Februari 2001, Provinsi Gorontalo resmi berdiri berdasarkan UU no 38 tahun 2000. Dahulu, Gorontalo tergabung dalam Provinsi Sulawesi Utara ( Sulut ). Namun demikian provinsi berpenduduk sekitar 880 ribu jiwa ini tergolong maju pesat. Di bawah kepemimpinan Gubernur Fadel Muhammad, dalam jangka waktu relatif singkat, dua tahun, Gorontalo berhasil menunjukkan eksistensi dan sumbangsihnya kepada negara Indonesia. Sejak Februari 2003, Gorontalo sudah bisa menjual jagung ke luar daerah. Bahkan, dua bulan kemudian Gorontalo sudah mulai mengekspor jagung ke luar negeri. Hingga Agustus 2003, total jagung yang di jual ke luar Gorontalo, baik domestik maupun luar negeri, mencapai jumlah 66 ribu ton lebih.
Sebagai gubernur, Fadel bisa dibilang jeli dalam melirik potensi Gorontalo. Lahan pertanian di Provinsi seluas kurang lebih 12 ribu km2 itu memang sebagian besar terdiri lahan kering.Menurut data dari Pemprov Gorontalo, saat ini terdapat lahan kering selaus 126 ribu ha lebih . Sementara lahan sawahnya hanya 2,8 ribu ha.
Pilihan Gubernur Fadel Muhammad untuk mengembangkan jagung di Gorontalo tergolong pilihan yang cukup berani. Bukan apa-apa, biasanya prioritas utama pengembangan bahan pangan adalah beras, mengikuti titik berat pembangunan pangan di tingkat nasional. Tapi, Gubernur ternyata lebih memilih jagung. Salah satu kunjungannya ke Cina memberikan inspirasi kepada Gubernur untuk mengembangkan jagung di Gorontalo.
Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar pemilihan pengembangan jagung antara lain, di Gorontalo tersedia lahan yang sangat luas yang cocok untuk pengembangan tanaman jagung. Iklim Gorontalo juga mendukung upaya penanaman jagung. Para petani jagung Gorontalo bisa panen 2-3 kali satu tahun. Air tanah di lahan datar cukup dangkal, dengan kedalaman berkisar antara 3-8 meter. Dan dua pelabuhan, Anggrek dan Gorontalo, sangat mendukung untuk perdagangan jagung ke luar Gorontalo.
Dan bukan sembarang pengembangan. Industri jagung dari hulu ke hilir sudah diperhitungkan secara cermat. Pemprov Gorontalo menjamin ketersediaan benih unggul ( hibrida dan komposit ) dan pupuk dengan harga terjangkau. Pemprov Gorontalo juga menganggarkan dana untuk menyediakan dan membangun sarana dan prasarana yang mendukung industri jagung. Sepanjang 130 km jalan sentra produksi jagung dibangun. Demikian juga gudang/silo. Tak ketinggalan Pemprov Gorontalo juga mengusahakan tersedianya alat pemipil jagung dengan kapasitas 1400-2000 kg/jam.
Dan yang sangat penting dalam kebijakan jagung, Pemprov Gorontalo menjamin dukungan pasar atas produksi jagung yang dihasilkan petani. Salah satunya dengan menetapkan kepastian harga jagung. Saat ini, Pemprov Gorontalo mematok harga jual jagung dari petani sebesar Rp 700/kg dengan kadar air 17%. Sedangkan harga gudang berselisih 100 rupiah, yakni Rp 800/kg dengan kadar air sama.
Jagung Gorontalo dipasarkan kemlaur daerah, bahkan ke luar negeri. Untuk pasar domestik, sebagian besar jagung Gorontalo dijual ke Pulau Jawa. Sementara untuk ekspor ke laur negeri, saat ini beberapa negara sudah menajdi tujuan rutin pengiriman jagung Gorontalo. Ngara-negara tersebut adalah Malaysia, Korea, Jepang dan Philipina. Untuk pasar ekspor, Gubernur pasang target untuk memasok sekitar 1 juta ton jagung ke Korea.
Untuk mengembangkan lebih lanjut industri agribisnis jagung di Gorontalo, Pemprov Gorontalo telah menyusun beberapa kegiatan yang berkaitan dengan kelembagaan agribisnis. Kegiatan tersebut antara lain, pembentukan posko agropolitan di tingkat kecamatan, pembinaan kelompok tani, dan terbentuknya Masyarakat Agribisnis Jagung (MAJ).
Di samping itu, Pemprov Gorontalo juga menyusun kegiatan on farm, untuk menjamin kontinuitas hasil Produksi jagung. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah; percontohan teknologi budidaya jagung di 70 lokasi dan setiap lokasi 10 ha, pada sentra produksi jagung; pembentukan maize center dengan program show windows, selaku percontohan sumber teknologi jagung, perbaikan jagung varietas local, menyusun master plan yang berbasis pengembangan jagung; demplot, pemupukan dan teknologi pengolahan tanah; pemanfaatan air tanah ( 3 kali tanam dalam setahun ); dan percontohan sistem tanaman dan ternak ( crop livestock system ). (Blt Pangan/ hms)

Source : http://www.gorontaloprov.go.id