Jagung, antara bahan makanan dan biofuel

Amerika sedang mempertimbangkan prioritas pemanfaatan jagung untuk menjadi bahan pangan atau untuk biofuel. Seiring dengan tuntutan pelestarian lingkungan, Amerika meningkatkan produksi bahan bakar nabati (biofuel) dengan pemanfaatan jagung. Peningkatan pemanfaatan jagung untuk biofuel ternyata berdampak pada berkurangnya pasokan untuk menunjang pertanian dan peternakan.

Jagung, menjadi andalan Amerika untuk memproduksi biofuel. Produksi jagung Amerika tersedot ke kilang minyak biofuel. Padahal selama ini jagung menjadi kebutuhan untuk pertanian dan bahan pakan. Sapi-sapi Amerika sejak lama dibiakkan dengan pemberian jagung, sebagai pakan ternak. Karena itu, ketika produksi jagung beralih menjadi bahan baku biofuel, harga jagung Amerika naik, dan para peternak sapi terkena imbasnya.

Kecendrungan yang ada adalah bahan bakar minyak meningkat tajam, sehingga kebutuhan biofuel juga ikut naik. Kenaikan itu dengan sendirinya menjadi penyebab kenaikan harga jagung. Sisi lain dari kenaikan harga jagung di Amerika adalah banyaknya petani Amerika yang beralih dari menanam kedelai menjadi menanam jagung. Produksi kedelai merosot, maka harganya menjadi naik. Konon inilah salah satu penyebab harga kedelai di Indonesia ikut naik, karena selama ini Indonesia mengimpor kedelai dari Amerika.

Kembali soal pilihan prioritas untuk biofuel atau untuk stok pangan. Kenaikan harga jagung menyebabkan para peternak Amerika mengurangi ternak sapi. Tentu saja akibatnya harga daging menjadi naik. Untuk diketahui, harga komoditas pertanian di Amerika ditentukan oleh keseimbangan “supply-demand”, jadi bila pasokan menipis maka akibatnya harga menjadi naik.

Departemen pertanian Amerika (USDA, United States Department of Agriculture) memperkirakan bahwa kebutuhan etanol Amerika akan terus meningkat sampai tahun 2010. Target produksi biofuel pada tahun 2010 menurut rencana sebesar 35 miliar galon. Untuk mendukung ini lebih dari 30 persen produksi jagung Amerika akan disedot ke industri biofuel. Tidak heran kalau harga jagung akan terus meningkat. Persaingan kebutuhan bahan bakar nabati dan kebutuhan pangan akan terus terjadi, sampai suatu saat ada intervensi, atau tercapai keseimbangan yang wajar. Pelestarian lingkungan dengan pemanfaatan biofuel, memang menempuh jalan berliku untuk bisa difahami dan diterima banyak orang.

Source : http://www.togarsilaban.com/2008/04/01/jagung-antara-bahan-makanan-dan-biofuel/


No comments: