Cari Untung di Bisnis Jagung

Asteria

(pb3.info)

INILAH.COM, Jakarta – Pengembangan bioethanol membuat sejumlah komoditas jadi primadona. Salah satunya jagung. Pasarnya kian meluas. Tak heran, banyak pihak swasta menyatakan minat berinvestasi dengan membuka areal penanaman di beberapa daerah.

Tak percaya? Dengarlah suara Adhie Widiarto, Market Development Manager PT Dupont Indonesia, produsen benih jagung hibrida. Menurutnya, pihaknya mendapat banyak tawaran kerja sama mengelola lahan jagung dalam skala luas.

"Sejumlah pengusaha telah menyatakan minatnya untuk melakukan investasi di sektor agribisnis jagung. Investasi di bidang ini sangat menguntungkan saat ini," katanya di sela panen perdana jagung hibrida P21 di Kawasan Industri Pupuk Kujang di Kabupaten Karawang Jawa Barat, Sabtu (12/7).

Adhie enggan menyebut pengusaha yang berminat. Dia hanya mengungkapkan beberapa wilayah yang dilirik swasta untuk pengembangan jagung. Wilayah itu antara lain Merauke, Papua, seluas 153 ribu hektar dari potensi lahan 300 ribu hektar. Juga Sumatera Utara (15 ribu hektar), Riau (7 ribu hektar), Kalimantan (22 ribu hektar), dan Sulawesi (50 ribu hektar).

Sementara Direktur Utama PT APB, Omay K Wiraatmadja menyatakan kesiapannya mengembangkan usaha pertanaman jagung di areal seluas 1.000 hektar khusus untuk Jawa Barat dalam dua tahun mendatang. Pertimbangannya, provinsi tersebut belum optimal produksi jagungnya dibanding Jateng dan Jatim.

“Pengembangan areal seluas itu akan dilakukan secara bertahap. Pada awalnya seluas 100 ha, kemudian setiap enam bulan dilakukan peningkatan sekitar 100 ha,” ujarnya.

Pengembangan lahan jagung itu akan dilakukan secara inti maupun plasma, yakni dengan bekerjasama dengan petani. PT APB akan menanggung sarana produksi seperti pupuk, benih, dan menjamin pembelian hasil panen petani.

“Harga jagung di dalam negeri saat ini dalam kondisi yang baik yakni mencapai Rp 3.600/kg pipilan kering, naik dibanding tahun lalu yang hanya Rp 2.200/kg atau sekitar Rp 800 ribu/ton jagung tongkol dari Januari 2008 yang masih Rp 650 ribu/ton jagung tongkol,” kata Omay yang juga Mantan Dirut PT Pupuk Kujang itu.

Ketertarikan para pengusaha swasta itu tidak lepas dari lonjakan harga jagung di pasar internsional. Hal itu disebabkan tingginya permintaan jagung akibat penggunaan energi alternatif biofuel di negara-negara maju.

Dirjen Tanaman Pangan Departemen Sutarto Alimoeso mengatakan, hingga 2017 harga jagung akan bertahan pada tingkatan yang mahal sehingga merupakan kondisi yang tepat untuk mengembangkan komoditas jagung di dalam negeri. Harga jagung impor sudah menembus US$ 303 per ton. Ditambah bea masuk 5%, harga jagung di Tanah Air menjadi Rp 3.000-Rp 3.100 per kg. Adapun harga jagung lokal saat ini berkisar Rp 2.300-Rp 2.900 per kg.

Menurut data Departemen Pertanian AS, pertumbuhan konsumsi jagung dunia lima tahun terakhir mencapai 2,7% atau melampaui tingkat pertumbuhan produksi sekitar 1,7%. Hal itu dipicu tingginya permintaan jagung sebagai bahan baku bioethanol di AS, Uni Eropa, dan China. Selain itu, juga karena meningkatnya kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan.

Wajar saja bila jagung menjadi rebutan sehingga harganya melambung. Menurut data USDA April lalu, stok jagung dunia hanya 99 juta ton, angka terendah sejak 1983. Tahun ini, produksi jagung dunia ditaksir 778 juta ton. Sedangkan kebutuhannya diperkirakan mencapai 788 juta ton.

Sekjen Asosiasi Perusakan Pakan Indonesia (GPMT), Fenni Firman Gunadi mengatakan, pabrik pakan nasional membutuhkan 350 ribu ton jagung per bulan. Namun, karena pasokan jagung dari petani belum bisa kontinyu, terkait penanaman dan panen jagung berlangsung musiman, pabrikan selalu melakukan impor. Pada 2005, Indonesia impor jagung 400 ribu ton, tahun 2006 1,7 juta ton. Meski tahun 2007 turun menjadi 670 ribu ton, tahun ini pabrik pakan diperkirakan butuh pasokan 3,8 juta ton.

“Kurun Januari-April, belum ada pabrik pakan yang mengimpor jagung. Sebab pasokan lokal masih mencukupi. Namun dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, di bulan Mei, Juni, dan Oktober jagung impor masuk. Sebab pada bulan itulah pasokan dari lokal kosong,” urai Fenni.

Permasalahannya adalah saat ini impor lebih sulit, karena pasokannya seret. Amerika, Brasil dan China sebagai sumber jagung sudah menjadi rebutan dunia. Paling bisa mendatangkan dari India. Hanya saja, kualitas jagung India belum pernah menonjol.

“Seharusnya Indonesia sudah swasembada jagung sehingga tidak perlu repot impor,” keluh Fenni. [I4]

Source : inilah.com

Penggunaan Benih Jagung Hibrida di Indonesia Masih Rendah

JAKARTA, RABU - Komoditas jagung yang terus mengalami perluasan pasar berpotensi menjadi komoditas unggulan bagi petani. Meski demikian, peningkatan produktivitas dan perluasan lahan jagung di Indonesia belum optimal, sedangkan penggunaan benih jagung unggulan masih rendah.

Kepala Bagian Pengembangan Pasar PT Bisi International Tbk Doddy Wiratmoko, di Jakarta, Rabu (2/7), mengemukakan, harga jagung di dunia terus mengalami kenaikan karena kebutuhan yang meningkat. Akhir Juni lalu, harga jagung sudah melampaui Rp 2.800 per kg.

Data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, mencatat, pertumbuhan konsumsi jagung dunia dalam lima tahun terakhir mencapai 2,7 persen atau melampaui tingkat pertumbuhan produksi yang hanya 1,7 persen. Hal itu antara lain dipicu oleh tingginya permintaan jagung sebagai bahan baku bioethanol di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China. Selain itu, kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan.

Meski demikian, peluang pasar komoditas jagung itu belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Peningkatan produktivitas belum optimal, dan petani masih mengandalkan benih jagung lokal yang kapasitas produksinya tidak optimal.

Dibandingkan negara-negara di Asia, penggunaan benih jagung hibrida di Indonesia masih cukup rendah, yaitu 43,7 persen. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dep artemen Pertanian, program penggunaan benih padi hibrida nasional tahun 2007 baru seluas 135.000 hektar .

Di Thailand, penggunaan benih jagung hibrida mencapai 95 persen dari total lahan, sedangkan Di Filipina, penggunaan benih jagung hibrida mencapai 60 persen dari luas tanam.

Doddy mengatakan, kapasitas produksi jagung hibrida mencapai 10 ton per hektar, atau dua kali lipat produksi dari benih lokal yaitu 5 ton per hektar. Meski demikian, petani cenderung memilih benih lokal untuk menghindari risiko gagal panen, karena sebagian besar jagung ditanam di lahan kering.

"Pemakaian benih lokal tidak memerlukan biaya, sedangkan benih hibrida memakan biaya sekitar Rp 40.000 per kg, " katanya.

Doddy berpendapat, penanaman jagung hibrida tidak membutuhkan pasokan air yang rutin seperti padi. Tanaman jagung tidak harus dialiri setiap minggu, melainkan cukup dialiri dua minggu sekali dan tidak perlu diairi pada musim hujan.

Realisasi penyaluran bantuan langsung benih unggul atau BLBU untuk jagung hibrida hingga pekan ketiga Juni 2008 baru mencapai 187 ton (10,64 persen) dari target jagung hibrida 1.700 ton.

Source : kompas.com

Hati-hati !!! Tanam Jagung Pola tanam sistem Rotasi

Hati-hati !!!

Tanam Jagung

Pola tanam sistem Rotasi




Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan pokok kedua setelah padi. Meskipun bukan menjadi bahan pangan utama, namun dengan semakin meningkatnya industri peternakan yang mendorong peningkatan industri pakan ternak di Indoensia telah mendorong permintaan akan jagung semakin meningkat. Hal ini pula yang mendorong petani banyak mem-budidayakannya baik di lahan tegalan maupun lahan persawahan.

Hasil jagung akan mengalami penurunan apabila lahan ditanami jagung terus menerus tanpa dilakukan rotasi tanaman

Diperkirakan bahkwa sekitar 79 % pertanaman jagung di Indonesia diusahakan di lahan tegalan, selebihnya di lahan sawah dan lahan lainnya. Khusus untuk lahan tegalan dibeberapa tempat masih ada yang menggunakan lahan terus menerus selama setahun yaitu bulan april/mei, oktober/nopember dan juli/agustus untuk tanaman jagung . Tanpa disadari, pola tanam jagung secara terus menerus yang digunakan dalam satu lahan tersebut dapat menimbulkan permasalahan ke depannya. Misalnya, munculnya penyakit pada tanamna jagung, berkurangnya unsur hara dalam tanah serta menurunnya tingkat produktivitas yang ditunjukkan dengan hasil jagung yang semakin menurun.

Berdasarkan pengalaman dan hasil penelitian yang pernah dilakukan, mengungkapkan bahwa hasil jagung akan mengalami penurunan apabila lahan ditanami jagung terus menerus tanpa dilakukan pengiritirahatan atau juga dilakukan rotasi tanaman. Penurunan hasil ini ditenggarai akan tetap terjadi walaupun dilakukan pemupukan melebihi dosis, pengendalian hama dan penyakit serta pemberian air yang mencukupi dalam keadaan normal sekali pun.

Mengapa semua bisa terjadi? Penurunan hasil tersebut ternyata ada hubungannya dengan substansi yang aktif bertindak dalam allelopati (yang bersifat merusak/membunuh tanaman lain) yang diistilahkan dengan fitotoksi dari pelapukan sisa tanaman. Bertindaknya allelopati tersebut setelah tanaman atau bagian tanaman mengalami pelapukan, pembusukan, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan. Tanaman yang suseptibel bila terkena substansi tersebut akan mengalami gangguan berupa penghambatan pertumbuhan dan penurunan hasil. Fenomena ini menunjukkan bahwa lahan bekas tanaman jagung yang melalui proses biologis maupun kimia yang menghasilkan allelopati tersebut akan membahayakan bagi tanaman sejenis yang akan ditanam.

Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan jagung yang ditanam pada lahan bekas yang ditanami jagung berturut-turut selama tiga kali atau lebih ternyata disebabkan pula oleh adanya cairan kimia seperti p-coumaric yang dihasilkan /dikeluarkan oleh sisa tanaman jagung sebelumnnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, adanya p-coumaric tersebut dapat menyebabkan berkurangnya perkecambahan biji sekaligus emnghambat pertumbuhan kecambah jagung. Akibatnya bibit jagung akan mati , daun menguning serta perakaran akan membusuk. Adapun kandungan p-coumaric terbesar berada pada bagian akarnya yaitu : 4127,8 ppm, sedangkan pada batang 828.96 ppm serta malai 358.22 pp. Semakin tinggi kandungan p-coumaricnya, semakin besar pula resiko tanaman jagung tersebut terhambat pertumbuhannya. Kandungan p-coumaric ternyata dapat ditinggalkan pada lahan oleh tanaman jagung, dimana pada lahan bekas tanaman jagung yang ditanam dua kali mengandung 380.30 ppm p-coumaric, apabila lahan tersebut ditanam tiga kali maka kandungannya menjadi 520.70 ppm. Bisa dibayangkan berapa banyak p-coumaric yang berada dalam tanah apabila lahan tersebut dilakukan penanaman jagung secara terus menerus tanpa rotasi ataupun diistirahatkan. Pengaruh sisa tanaman jagung tentu saja lebih menonjol pada bagian akar tanamannya karena hal ini erat kaitannya dengan adanya kontak langsung antara sisa tanaman dengan tanaman berikutnya.

Dalam hubungannya dengan penyerapan unsur hara, serapan N dan K mengalami penurunan. Penambahan pupuk pun tidak akan banyak membantu mengatasi penurunan hasil tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh allelopati dalam penghambatan penyerapan unsur hara terjadi dengan penurunan lajunya sedangkan serapan P meningkat 45 %. Menurut para ahli, ternyata p-coumaric ini masih dapat ditemukan pada lahan yang ditanami tiga kali beturut-turut atau lebih hingga 60 hari setelah tanaman jagung dipanen. Pengaruh sisa tanaman jagung berikutnya sampai 22 minggu setelah perombakan dan kemudian pengaruhnya akan berkurang dengan cepat. Oleh karena itu dalam membudidayakan jagung diuapayakan agar tanaman jagung tidak ditanam tiga kali berturut-turut agar kandungan p-coumaric yang membahayakan dalam tanah berkurang. Selain itu agar terjaga keseimbangan unsur hara antara yang diambil dengan yang ada.

(Bennu Hase, SP. , Techincal Agronomist Makassar)

Source : Abdi Tani

Jagung


Peta Jagung di Indonesia

Jagung

Seorang wartawan mewawancarai seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak memiliki rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya.

“Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?”, tanya sang wartawan.
“Tak tahukah anda?”, jawab petani itu. “Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula.”

Begitu pula dengan hidup kita. Mereka yang ingin meraih keberhasilan harus menolong tetangganya menjadi berhasil pula. Mereka yang menginginkan hidup dengan baik harus menolong tetangganya hidup dengan baik pula. Nilai dari hidup kita diukur dari kehidupan-kehidupan yang disentuhnya.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan (ATAP 2006-2007 dan ARAM II 2008)


Tuesday, 01 July 2008
1. Padi
  • Angka Tetap (ATAP) tahun 2006, produksi padi pada Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 3,37 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), yang terdiri dari padi sawah 3,35 juta ton dan padi ladang 0,02 juta ton.
  • Angka Tetap (ATAP) tahun 2007, produksi padi pada Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 3,64 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), yang terdiri dari padi sawah 3,62 juta ton dan padi ladang 0,02 juta ton.
  • Angka Ramalan II (ARAM II) 2008 produksi padi pada tahun 2008 Provinsi Sulawesi Selatan diperkirakan sebesar 3,87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), yang terdiri dari padi sawah 3,85 juta ton dan padi ladang 0,02 juta ton.
  • Jika dibandingkan antara ATAP 2006 dan ATAP 2007 produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan sebesar 269,63 ribu ton GKG (naik 8,01 persen). Peningkatan produksi padi disebabkan oleh meningkatnya luas panen sebesar 50,89 ribu hektar (7,07 persen) dan juga produktivitas sedikit mengalami peningkatan sebesar 0,41 kuintal/perhektar (0,88 persen). Sedangkan pada tahun 2008 (ARAM II) diperkirakan produksi padi meningkat lagi sebesar 239,12 ribu ton (6,58 persen).

2. Jagung
  • Angka Tetap (ATAP) 2006 produksi jagung pada tahun sebesar 696,08 ribu ton pipilan kering, dengan luas panen 206,39 ribu hektar dan produktivitas 33,73 kuintal setiap hektar
  • Angka Tetap (ATAP) 2007 produksi jagung pada tahun sebesar 969,96 ribu ton pipilan kering, Dibandingkan produksi tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 273,87 ribu ton (39,34) persen. Kenaikan produksi disebabkan oleh meningkatnya luas panen 56,05 ribu hektar (27,16 persen) dan juga produktivitas naik 3,23 kuintal perhektar.
  • Angka Ramalan II (ARAM II) 2008 produksi jagung sebesar 994,98 ribu ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2007, terdapat peningkatan sebesar 25,03 ribu ton pipilan kering (2,58 persen). Kenaikan produksi disebabkan oleh naiknya produktivitas sebesar 1,08 kuintal perhetar, sedangkan luas panen justru turun sebesar 0,95 ribu hektar (-0,36 persen)

3. Kedelai
  • Angka Tetap (ATAP) 2006, produksi Kedelai pada sebesar 22,24 ribu ton biji kering, dengan luas panen 14,19 ribu hektar dan produktivitas 15,68 kuintal setiap hektarnya.
  • Angka Tetap (ATAP) 2007 produksi jagung pada tahun sebesar 18,97 ribu ton pipilan kering, Dibandingkan produksi tahun 2006 terjadi penurunan sebesar 3,27 ribu ton (-14,70 persen). Turunnya produksi disebabkan oleh turunnya luas panen 2,16 ribu hektar (-15,22 persen) tapi produktivitas sedikit melami peningkatan yaitu naik 0,10 kuintal perhektar (0,61 persen).
  • Angka Ramalan II (ARAM II) 2008 produksi Kedelai diperkirakan sebesar 26,25ribu ton biji Kering. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 2007, terjadi kenaikan sebesar 7,28 ribu ton (38,35 persen). Kenaikan produksi diikuti oleh kenaikan luas panen sebesar 3,6 0ribu hektar (29,89 persen) dan produktivitas 1,03 kuital perhektar (6,51 persen).


Source : http://sulsel.bps.go.id