Pasokan Jagung Anjlok

M Dindien Ridhotulloh

Inilah.com, Jakarta – Dalam 3-4 tahun ke depan Indonesia akan kesulitan mendapatkan jagung impor, karena ketersediaan di pasaran internasional semakin menurun. Oleh karenanya pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhan nasional dari produksi dalam negeri.

’’Tiga hingga empat tahun ke depan akan susah mendapatkan jagung impor. Mau tidak mau produksi dalam negeri harus ditingkatkan,’’ kata Manajer Bisnis Kawasan ASEAN PT Dupont, Andy Gumala, di Jakarta, Minggu malam (30/9).

Andy mengatakan, penurunan stok jagung di pasar internasional disebabkan tingginya permintaan komoditas tersebut untuk bahan baku ethanol yang merupakan sumber energi alternatif setelah harga minyak bumi melambung.

Dia mengungkapkan, China yang sebelumnya mampu mencukupi kebutuhan jagung dalam negeri kini menjadi importir, karena produksi negara tersebut hanya 144 juta ton sementara keperluan mencapai 145 juta ton.

Setiap tahun, tambahnya, kebutuhan ethanol di China selalu meningkat, bahkan negara tersebut telah membangun empat pabrik ethanol dari jagung dengan kapasitas masing-masing 15 juta ton per tahun.

Selain China, menurut dia, Amerika Serikat (AS) yang selama ini menjadi eksportir jagung terbesar di dunia juga mulai mengalihkan komoditas tersebut untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri guna pengembangan ethanol. Produksi jagung AS mencapai 250 juta ton per tahun, 70 juta ton di antaranya untuk bahan baku industri ethanol dalam negeri.

’’Akibat penurunan pasokan jagung untuk pasar internasional maka harga jagung yang semula US$ 220 per ton menjadi US$ 325 per ton,’’ katanya.

Peningkatan harga jagung tersebut, tambahnya, sangat berdampak terhadap industri pakan ternak yang bahan baku utamanya jagung maupun peternak ayam, apalagi harga komoditas tersebut di dalam negeri saat ini naik dari Rp1.000/kg menjadi Rp2.500/kg.

Andy mengatakan, upaya peningkatan produksi jagung dalam negeri sangat besar potensinya karena dari 3 juta hektar areal jagung yang ada saat ini baru 30 persen yang menggunakan benih hibrida. Dengan menggunakan benih hibrida, lanjutnya, produktivitas per hektar mencapai 6 ton sementara benih komposit hanya menghasilkan 2 ton per hektar.

’’Jika saat ini areal penanaman jagung hibrida ditingkatkan seluas 0,5 juta hektar saja maka akan diperoleh tambahan produksi jagung sebanyak dua juta ton,’’ katanya.

Menyinggung ketersediaan benih jagung hibrida dalam negeri, Andy mengatakan, saat ini paling tidak terdapat empat produsen benih yang besar, yakni PT Dupont, PT BISI, PT Monsanto, dan PT Syngenta, belum termasuk industri-industri skala kecil. ‘’Pabrik benih nasional sudah cukup, jadi untuk benih hibrida tidak masalah,’’ katanya.

Dia mengatakan, selain meningkatkan produktivitas, penggunaan benih hibrida juga menambah keuntungan petani. Jika modal usaha yang dikeluarkan petani jagung sebesar Rp 4 juta per hektar dan Rp 600 ribu di antaranya untuk benih, maka dengan hasil 7 ton per hektar, petani akan mendapatkan hasil Rp 11,9 juta dengan harga jagung Rp 1.700per kilogram.

Source : inilah.com